I used to believe in the word 'forever'.
But then I realized, forever is something undefined.
Dulu, gue percaya dengan kata-kata selamanya. Biasalah, anak SMA masih labil.
Selamanya itu sendiri bisa digunakan dalam berbagai macam pengungkapan. Misalnya, "Gue ga bakal pernah temenan sama dia selamanya", atau "I will love forever".
These are bull-shits.
Untuk contoh kalimat yang kedua, gue sendiri sudah merasakan bahwa itu tidak benar. Dan bodohnya, DULU gue percaya. Yah, namanya juga masih bodoh.
People change. Life change. Tidak ada suatu hal yang tetap di dunia ini, kecuali mungkin 1+1=2 sampe dunia kiamat. Tapi hidup bukan tentang perhitungan, bukan tentang rumus, bahkan untuk seorang matematikawan sekalipun. Hidup itu dinamis, seperti lapangan #eh. Jadi gue percaya, tidak ada hal yang tidak mungkin, meskipun ada hal-hal yang gue percaya tingkat kemustahilannya adalah 99,999999999%.
Mungkin orang-orang yang kenal sama gue tau, gue lebih suka memakai kata "untuk saat ini". Kenapa? Karena kembali pada alasan yang diatas. Maka itu, gue lebih suka menggunakan kata-kata "untuk saat ini", karena itu tidak bertentangan dengan prinsip gue. Mungkin untuk saat ini gue ngga suka keju, tapi siapa tau sebulan lagi gue jadi maniak keju. Mungkin untuk saat ini gue ngga mau makan duren, tapi siapa tau tiba-tiba 2 minggu kemudian gue keselek biji duren. Yah, siapa tau kan?
Bukannya mau meruntuhkan harapan kalian-kalian semua yang mungkin sering digombalin sama pasangannya dengan kata-kata "I love you forever", atau apalah semacamnya itu, tapi, wake up guys. Even seseorang bisa meninggalkan kepercayaan yang sudah lama dianutnya, apalagi ninggalin orang. Tinggal kabur tanpa pesan, syukur kalau muncul lagi, bisa dijotos, lah kalau nggak?
Lagipula, selama apakah selamanya itu?