Bits of me here and there.

Tuesday, 12 May 2015

Travelling Journal: Sangiang Island, Anyer, Banten

***
Disclaimer:
1. Gue baru sekali nulis jurnal travelling sebelum ini. Jadi, don't expect something really informative because I write for myself (well, it's good if it can be helpful for you too).
2. I write in bilingual (bilingual bapakmu, Van). Gue kalo nulis nyampur-nyampur antara bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, dan gue belum mau repot-repot memiringkan kalimat dalam bahasa Inggris, so yeah, good luck with that.
3. I don't do backpacking much, jadi ini bukan tulisan low budget yang mungkin kalian biasa temukan, but I'm trying to give you every informations I could remember, including price. And I don't do narrative story about the place, because I probably won't remember, or else, I don't know, here's some reading materials for you below.

Reading material about Sangiang Island:
****

Halo! Kembali lagi bersama usaha gue untuk menuliskan cerita perjalanan yang yah... I don't know, semoga bisa membuat kalian tetep bertahan membaca ini.
Weekend kemarin (Sabtu, 8 Mei 2015) gue ikutan one day trip ke Pulau Sangiang bersama salah satu #TeamKakiSeringanDebuZarah yaitu Eky, dimana berhubung kami terikat dalam grup Ikatan Alumni Cinta Alam #SERU yang peraturan pertamanya berbunyi "Jika minimal 2 orang atau lebih menyanggupi, maka segala wacana harus dieksekusi dalam tempo jang sesingkat-singkatnya", sehingga berangkatlah kami. Selain itu tujuan kami kesini sebenernya karena rindu nyemplung jadi yaudahlah kemanapun itu selama masih laut disamber aja.
Trip ini diselenggarakan sama Cangkir Flashpack dengan harga 200 ribu rupiah saja (woohooo, makanya kita langsung berangkat). Karena cuma one day trip yang berarti ga ada acara menginap (well, sebenernya tempatnya juga tidak memadai untuk menginap), maka meeting point perjalanan ini adalah jam 3 pagi di Terminal Kampung Rambutan. Tapi karena gue anaknya rempong, so I've been in Cilegon a night before and Eky works there so, kita ketemu sama rombongan di Pelabuhan Paku Anyer jam 8 pagi.
Perjalanan dimulai dengan naik kapal... kapal klotok, jukung, apapun itu namanya, pokoknya kapal-kapal yang gue yakin pasti kalian ngerti gimana bentuknya. Pas pertama kali naek kapal, pulaunya udah keliatan jadi gue dengan jumawanya "Hah itu pulaunya? Kok deket? Beneran nih sejam?" eeeeee ternyata saya ditipu oleh besarnya lautan yang memisahkan. Meskipun pulaunya beneran keliatan dari seberang dan berasa deket, ternyata butuh sejam (yang cukup mengkhawatirkan karena belom pake sunblock hiks) untuk nyampe ke Pulau Sangiang.
Lalu ternyata kita snorkeling sebelum sempet merapat di pulau, jadi sebaiknya kalo kesini, udah ganti kostum buat snorkeling sebelum berangkat. Spot pertama snorkeling adalah di Legon... aduh lupa Legon Bajo kayaknya namanya. Spot ini lumayan dangkal sekitar 3 meter, tapi begitu bergerak 3 meter ke... utara/selatan/barat/wherever, kedalamannya langsung berubah jadi 5 meter lebih, jadi kalo masih belom biasa snorkeling, sebaiknya jangan lepas life jacket.

Kedalaman masih cukup rendah, hati-hati nyepak karang (I did it)
Nah yang ini udah cukup dalem
Setelah 30 menit yang terasa singkat ("Hah? Udahan nih? Perasaan gue baru bentar nyemplungnya?"), ternyata kita pindah ke spot selanjutnya. Nah di spot ini, kedalamannya seragam, sekitar 5 meter, dan ternyata arusnya dingin, jadi semakin dalam kita nyelam maka tiba-tiba suhu air juga bakal berubah jadi lumayan dingin dibanding selanjutnya. I seriously forgot the names, pokoknya namanya Legon Bajo dan Legon Waru, tapi gatau yang spot ini namanya yang nama, between those two lah.

Airnya tidak sejernih yang diduga
Karangnya pecah ketabrak jangkar :((((
Sekalian ngetes masker sama snorkel baru gan
Here's some footage from below the water:


Yeah pardon the video, masih belajar cara mengambil video yang baik sambil ngambang-ngambang di atas air. As you can see, ikannya ga terlalu banyak (dari atas kapal pun gue udah "Hah mana ikannya?") tapi ada beberapa jenis ikan lucu disini yang gue ga temukan di Bali, jadi yah not bad juga sih~
Setelah beres snorkeling, rombongan akhirnya merapat ke dataran yang bisa dipijak. Cuneth deh, untuk masuk ke perkampungan, kita bakal ngelewatin hutan bakau gitu, yang banci foto bisa dimanfaatkan dengan sangat baik nih panoramanya. Setelah sampe, kita disuruh ganti baju dan bilas bilas dikit (alhamdulillah air bersihnya cukup memadai), dan dilanjutkan makan siang. Makan siangnya sendiri bukan nasi kotakan, jadi nasi dan lauknya masih panas, dimasakin langsung sama penduduk sana.
Selesai makan, acara selanjutnya adalah trekking Pulau Sangiang. The last trekking I've done was in Tanjung Puting, but DAAAAAMNNNNNNN this is a whole new level of trekking I mean it. Sebelum mulai jalan, rombongan diberitahu kalau kita akan trekking sekitar 30-45 menit untuk sampai spot pertama, and I seriously thought they were kidding. They did not kidding (please bear in mind trekkingnya jam 1 siang).
Spot pertama adalah Gua Kelelawar. Well yes, finally setelah literally 45 menit trekking, akhirnya sampai juga ke suatu tempat. Alhamdulillah it lives up to the name. Beneran gua dengan kelelawar yang cukup banyak beterbangan di dalamnya. Tapi guanya sendiri semacam lobang di bawa tebing, yang mana langsung bertabrakan dengan laut, jadi guanya dipenuhi air laut dan kita cuma bisa liat dari pinggiran doang. Dan bau banget. Bau. Banget. Kalo kata Eky, baunya kayak saos tomat busuk (sebenernya bau saos tomat busuk kayak gimana juga gue gak paham), menurut gue baunya gak tergambarkan. Intinya bau.
Cuma bisa sampe mulut gua
Untungnya, Gua Kelelawar ini adalah tempat terjauh dalam perjalanan ini. Setelah dari Gua Kelelawar, kita lanjut ke Gua Pawon (not sure if this is the name), dan alhamdulillah waktu tempuhnya tidak sampe 10 menit dari spot pertama, but but but, terjalnya bikin gue
ingin melambaikan tangan ke kamera aja. Terjalnya itu adalah tipe yang akan bikin lo berhenti jalan selama 10 detik untuk mikir gimana caranya lo akan melewati ini tanpa terpeleset (well, alhamdulillah ga terpeleset sama sekali).

Guanya ada di bawah
Pertama nyampe disini, seluruh rombongan langsung heboh jadi banci foto-foto, yang ternyata nyampe guanya juga belom, baru tebingnya doang. Ada kali 30 menit abis untuk foto-foto disini.

"Wei wei fotoin gue dong candid dari belakang"
Guanya sendiri ada di bawah tebing ini, dan untuk mencapai gua, ada beberapa meter kehororan yang harus dilewati karena turun tebingnya sama sekali gak safety untuk dijalani. Gue hampir ga turun, karena takut gabisa naek lagi, tapi anaknya emang murahan banget sama air, akhirnya turun supaya bisa maen di pantainya. Ternyata gua ini nyambung sama gua sebelumnya, jadinya masih kedengeran bunyi-bunyi kelelawar dari gua sebelah.

Ternyata begini bentuk guanya
Pantai di depan gua, banyak kelabang lautnya :/
Pemberhentian selanjutnya adalah Bukit Harapan (katanya nyebutnya jangan disingkat). Sebenernya ga jauh beda dari tebing sebelumnya sih, cuma ada ilalang ilalang lucunya gitu, dan pemandangannya ke arah Pantai Pasir Panjang.

Udah capek banget disini dan matahari ada di atas kepala jadi cuma bentar dimari
Spot terakhir yang kita datangi adalah Pantai Pasir Panjang. Bukan, bukan karena pasirnya panjang-panjang, bentuk pasirnya normal kok, cuma garis pantainya lumayan panjang aja. Disini ada batu-batu lucu yang bisa lo panjat dan menghasilkan foto artsy lucu yang lumayan instagram-able.

Jangan lupa dikasih caption ala Tumblr
Foto kurang ajar
Haram hukumnya kalo ga nyemplungin kaki ke air
Dari pantai ini, ternyata deket untuk balik ke starting point tadi (well, rememberin the 45 minutes I took to get into the first spot). Jam 4 tiba di starting point, kita langsung disuruh balik ke kapal karena ternyata airnya surut (wow literally surut guys), jadi harus cepet cepet keluar kecuali kita mau berenang sampe ke laut. By 5 pm, kita semua udah tiba dengan selamat lagi di Pelabuhan Paku Anyer.

Well, until later, Sangiang!



TL;DR
1. 200 ribu belum termasuk biaya tranportasi Jakarta-Anyer dan penyewaan peralatan snorkeling.
2. Peralatan snorkeling yang disewakan cuma masker, snorkel, dan life jacket. A pair of fins would be helpful, but you need to request.
3. Sejujurnya lumayan khawatir pas trekking pake sendal jepit aja, khawatir putus sih, karena medannya gila. Sendal gunung cukup suitable untuk dipakai disini, kalo gamau repot-repot bawa sepatu.
4. BAWA AUTAN. Yasalam nyamuknya so crazy make me cray cray.
5. All photos are taken by GoPro 3+ and JVC ADIXXION. Agak nyesel kenapa ga bawa DSLR sih. Jadi bawalah kamera yang proper kalo mau foto-foto lucu ala Instagram.

Thank you Cangkir Flashpack!